spot_img
spot_img

Tradisi Adat Mapag Sri (Sedekah Bumi) Tahun 2025 di Desa Mundu Mesigit

Tradisi Adat Mapag Sri (Sedekah Bumi) Tahun 2025 Desa Mundu Mesigit

Cirebon, NewsRi.id – Tradisi adat Mapag Sri (Sedekah Bumi) dihadiri ribuan warga masyarakat se-Desa dan se-Kecamatan Mundu dengan wujud rasa syukur pada Allah SWT.

Mapag Sri adalah suatu ritual adat tradisi para petani yaitu, mejemput padi acara yang digelar oleh pemerintah Mundu Mesigit Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Minggu (28/9/2025).

Tradisi Mapag Sri merupakan budaya peninggalan nenek moyang yang terus dilestarikan oleh masyarakat dalam rangka mengungkapkan rasa syukur ke Sang Pencipta atas panen padi.

Pada kegiatan Mapag Sri ini, pihak desa membawa dan mengarak nasi tumpeng dan makanan lain seperti buah-buahan menuju balai desa. Selanjutnya mereka berdoa bersama, setelah selesai berdoa tumpeng dan makanan dibagikan ke masyarakat.

Hadir pada acara Mapag Sri, Kuwu Sarifuddin beserta seperangkat pemerintah desa, Muspika Camat, Danramil, Kapolsek Mundu, Bhabinkamtibmas Desa Mundu Mesigit, para tokoh masyarakat, tokoh agama, ketua BPD dan lainya.

Kuwu Desa Mundu Mesigit Sarifuddin, mengungkapkan bahwa kegiatan Mapag Sri tersebut adalah tradisi tahunan, yang dilaksanakan sebagai ungkapan rasa bersyukur atas rezeki panen padi yang diberikan Allah SWT kepada para petani.

“Kami pemerintah desa dan masyarakat Mundu Mesigit, akan terus melestarikan warisan tradisi budaya peninggalan nenek moyang kita terdahulu, seperti, Tradisi Mapag Sri ini dan juga Tradisi Sedekah Bumi,” tutur Kuwu.

Baca juga: Satu Orang Wartawan Nyaris Kehilangan Nyawa Ditabrak Pengawas Proyek Irigasi di Takalar

Beragam hasil panen yang diarak kemudian dikumpulkan di lapangan bola desa setempat, sebelum akhirnya menjadi rebutan warga sebagai simbol rasa syukur atas limpahan rezeki dari Allah SWT.

“Selain arak-arakan hasil bumi, acara juga dimeriahkan dengan hiburan rakyat seperti sandiwara dan wayang kulit,” ujar Kuwu usai acara.

Ia menambahkan, untuk meningkatkan hasil panen padi diperlukan sinergi antara petani dan dinas terkait, khususnya dalam hal pengairan dan pengelolaan sawah.
“Sinergitas sangat diperlukan agar hasil panen semakin baik. Petani tidak bisa bekerja sendiri, harus ada dukungan bersama,” jelasnya.

Menurut Udin, tradisi Mapag Sri juga menjadi ajang melestarikan budaya lokal sekaligus mengenalkan seni dan tradisi desa kepada generasi muda sampai anak cucunya.

“Kami ingin budaya dan tradisi desa tidak punah. Generasi muda harus tahu dan ikut melestarikannya,” pungkasnya.

(Gunawan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini